Recomended

AGAINST CORRUPTION COLLUSION & NEPOTISM

"NEGERI MAKMUR TANPA KORUPSI"

Jumat, 08 April 2011

ARAH DAN KEBIJAKAN PERTANIAN bagian 4

PRODUK MARKISA DI SULAWESI SELATAN
Produk Markisa yang merupakan warisan kekayaan alam serta kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan, merupakan potensi yang sangat potensial dikembangkan untuk menunjang kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan petani buah markisa tersebar pada 3 (tiga) daerah yaitu Kabupaten Gowa, Sinjai dan Tana Toraja dengan produktifitas buah markisa ± 72.500 ton/thn mencakup ± 14.500 ha lahan, serta masih sangat potensial untuk dikembangkan.
Pengembangann Gerbang Emas souvenir produk markisa ini melibatkan petani buah markisa, pengusaha minuman markisa, jalur distribusi dan pemasaran serta faktor perbankan/lembaga keuangan. Dengan kondisi ini, kegiatan usaha minuman markisa menghadapi kendala disisi pasar serta investasi peralatan yang lebih baik dengan melibatkan perbankan. Melalui upaya pengembangan Minuman Markisa ini dalam Gerbang Emas, Pemerintah Sulawesi Selatan melakukan intermediasi antara stakeholder dibidang menuman markisa, jalur pasar/distribusi, serta lembaga keuangan (perbankan).
Penanganan kegiatan Gerbang Emas Souvenir produk markisa ini tidak dilakukan secara parsial tetapi menyeluruh, pengembangan dimulai dari sektor pemasaran dihilir sampai pembudidayaan buah markisa di hulu, yang meliputi koperasi petani dan lembaga usaha pengusaha markisa.
Strategi penerapan Gerbang Emas Souvenir produk markisa dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut yang merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan secara berurutan, yaitu :
LANGKAH PERTAMA (IMPLEMENTASI)
Temukan pasar dan jalur distribusi untuk memaksimalkan penjualan, pelaku :
Tenaga ahli
Pengusaha sendiri
Disbudpar, Disperindag, Perusda
Pokja Souvenir (Divisi Pemasaran)
Langkah diatas bertujuan untuk memenuhi target penjualan :
Rp 4.725.000.000 / Thn
Equivalen dengan 270.000 botol / Thn
Equivalen dengan 1620 ton buah / Thn
Atau Rp 393.750.000 / bulan
Equivalen dengan 22.500 botol / bulan
Equivalen dengan 376,8 ton buah / bulan




LANGKAH KEDUA (PENDANAAN)
Negosiasi dengan lembaga keuangan/perbankan atau investor, dengan kebutuhan dana :
Modal (promosi, alat dan kelembagaan) Rp 3.642.000.000
Investasi Souvenir center Rp ± 20 M
LANGKAH KETIGA (PENGUATAN PRODUKSI)
Penguatan produksi dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan matriks bisnis plan, seperti : pengadaan peralatan, penguatan kelembagaan, pemaksimalan lembaga pendukung, dll.
Berdasarkan hasil analisa kelayakan usaha yang sudah dilakukan, kegiatan Gerbang Emas Souvenir Produk Markisa layak untuk dikembangkan dengan analisa kelayakan usaha sbb :
Internal Rate Return (IRR) = 43,51 %
Benefit Cost Ratio (BCR) = 1,80
Net Present Value (NPV) = Rp 2,898 Juta, serta
Payback Periode (PP) = 3 Tahun
Dengan perhitungan bunga 15% dan waktu kredit = 5 tahun serta pinjaman sebesar Rp 3.642.000.000.








EVALUASI GERBANG EMAS
Kurang dua bulan kedepan, usia Gerbang Emas telah memasuki tahun kedua setelah di launching pada bulan Agustus 2004 lalu oleh Gubernur Sulawesi Selatan. Sesuai rencana, hingga akhir periode tahun 2006 ini, target yang diharapkan yakni dapat direalisasikannya tahapan Pemantapan Program, yaitu dapat terimplementasinya pelaksanaan berbagai kegiatan Gerbang Emas di wilayah inkubator dan klaster, sesuai kesiapan tiap sektor dan komoditas yang diunggulkan berdasarkan bisnis plan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penjelasan atau uraian aturan main dan mekanisme pelaksanaan berbagai kegiatan Gerbang Emas yang akan dilaksanakan awalnya difokuskan hanya pada empat komoditas unggulan, yakni Rumput Laut di Takalar; komoditas Garam di Jeneponto; komoditas Sutra Alam di Soppeng, Wajo, Sidrap dan Enrekang; serta komoditas Kelapa di Bone dan Pinrang. Kemudian sejak periode Maret 2005 diluncurkan lagi dengan kegiatan yang difokuskan pada tujuh komoditas unggulan lainnya, yakni komoditas Lebah Madu di Maros; komoditas Sapi Perah di Sinjai; komoditas Kakao di Luwu dan Pinrang; komoditas Kopi di Enrekang dan Tana Toraja; komoditas Jagung di Bantaeng; komoditas Beras di Sidrap; dan komoditas Souvenir/Markisa di Kota Makassar.
Pada awal rencana pelaksanaannya, setiap komoditas unggulan Gerbang Emas tersebut dibuatkan matriks bisnis plannya masing-masing secara lengkap yang menggambarkan beberapa informasi penting dan mendasar, yang akan dijadikan pedoman bagi pengambilan keputusan untuk pelaksanaannya di lapangan. Matriks bisnis plan setiap komoditas tersebut memuat beberapa informasi yang lengkap dalam kaitannya dengan lembaga-lembaga ekonomi yang terlibat seperti dimana lokasi kegiatan, siapa dan berapa pelaku yang terlibat, masalah apa yang dihadapi selama ini, apa target yang ingin dicapai, apa usulan dan urutan kegiatan yang akan dilakukan, siapa penanggung jawab pelaksana kegiatan, berapa perkiraan biaya yang diperlukan, darimana sumber biaya diperoleh, bagaimana gambaran analisa kelayakan usaha, serta informasi kapan dan berapa lama target waktu pencapaian pelaksanaan dari setiap kegiatan.
Berdasarkan informasi dan data yang ada di Gerbang Emas, maka berikut ini akan dijelaskan beberapa hasil evaluasi secara garis besar mengenai efektivitas kegiatan Gerbang Emas selama kurun waktu dua tahun ini :
Pertama, dari segi ideologi manajemen pemerintahan. Dengan dilaksanakannya Gerbang Emas, berarti pemerintah Sulawesi Selatan telah membuktikan adanya inovasi dalam melakukan manajemen pemerintahan, sesuai tuntutan pelaksanaan dari model pemerintahan yang baik dan telah melaksanakan kegiatan pembangunan ekonomi masyarakatnya dengan mempartisipasikan para stake holders sesuai dengan kapasitas dan perannya masing-masing.
Kedua, dari sisi para pelaku ekonomi lainnya, terutama para pengusaha dan sektor perbankan. Dengan adanya Gerbang Emas tersebut, merekapun akhirnya mengetahui bahwa rupanya pemerintah daerah telah mulai menyertakan mereka dalam mengimplementasikan program-program pembangunan yang direncanakan pemerintah, dimana selama ini belum pernah dilakukan.
Ketiga, dalam tataran praktis dengan mengacu pada informasi yang ada di sekretariat Gerbang Emas, ditemukan bahwa secara garis besar, dari sebelas target komoditas unggulan yang telah dilaksanakan dalam program Gerbang Emas ternyata sudah ada lima komoditas unggulan yang dapat dianggap telah cukup berhasil sesuai dengan alur mekanisme yang telah direncanakan. Meliputi komoditas Beras, komoditas Garam, komoditas Rumput Laut, komoditas Lebah Madu serta komoditas Sutera. Dalam setengah perjalanannya hingga saat ini, program Gerbang Emas ini telah didukung oleh adanya partisipasi aktif secara terorganisir dari lembaga ekonomi yang mempunyai fungsi strategis sebagai lembaga asistensi di lapangan yang dikoordinir oleh Bank Indonesia Makassar, yang dikenal dengan sebutan KKMB. Lembaga ini terdiri dari beberapa SDM yang telah dilatih secara profesional dibawah kendali Bank Indonesia Makassar.
Keempat, ditengarai bahwa kualitas produksi juga telah mengalami perbaikan sesuai standar. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan saprodi sudah sesuai yang direkomendasikan dan telah dilakukannya rehabilitasi pada beberapa sistem penggilingan padi. Keberhasilan peningkatan produktivitas komoditas padi ini didukung oleh lembaga pendudkung yang menyediakan benih dari perusahaan BUMN Sang Hyang Seri serta yang menyediakan pupuk dari perusahaan Gresik Citra Sejahtera (GCS).
Kelima, dalam kaitannya dengan komoditas garam, sesuai hasil analisis dari tabel inventarisasi pelaksanaan program Gerbang Emas diperoleh informasi bahwa secara rata-rata garam yang diproduksi telah memenuhi syarat industri garam. Hal ini dimungkinkan karena semakin baiknya aspek pengolahan produksi garam, yang dilakukan oleh PT. Ekasari Lestari, CV. Karya Bersama dan CV Atun Sugiarto, juga semakin baiknya kualitas SDM petani yang telah menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Keenam, dalam kaitannya dengan komoditas Rumput Laut telah mengalami peningkatan produksi, hal ini dimungkinkan karena para petani telah melakukan proses pengeringan sesuai standar dengan menggunakan para-para. Pada dasarnya, petani telah menerapkan teknologi budidaya rumput laut sesuai daya dukung lingkungan. Untuk itulsh, telah dilakukan pelatihan pembudidayaan rumput laut dalam rangka peningkatan kualitas SDM petani.
Ketujuh, dalam hubungannya dengan komoditas Lebah Madu. Dari sisi kelembagaan produksi, setelah adanya program Gerbang Emas produksi Lebah madu dari 50 koloni lebah telah menghasilkan produksi 8.800 kg yang dikelola oleh lima kelompok tani lebah madu.
Alokasi dana pemerintah provinsi diantaranya bertujuan untuk pembangunan pusat pelatihan budidaya lebah di Puca, pembuatan kebun pakan seluas ± 2 ha di Puca, pelatihan masyarakat dan pramuka, pengadaan sarana air dan penerangan listrik, pembangunan sarana jalan hutan di pusat penangkaran dan budidaya lebah di cendrana Baru, Maros sepanjang 4 km, pengembangan pohon pakan lebah di daerah inkubator, serta biaya pembinaan dan pendampingan.
Kedelapan, dalam kaitannya dengan komoditas unggulan Sutera Alam. Untuk menambah potensi pasar, maka telah dilakukan promosi hasil produksi Aspera pada forum pameran ditingkat nasional 13 kali dan internasional di Brunei dan Singapura sebanyak 3 kali.
Kesembilan, meskipun berbagai hasil dari kinerja Gerbang Emas dari lima sektor komoditas unggulan dapat dianggap sudah cukup baik hasilnya namun pada kenyataannya masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan disempurnakan secara berencana agar lebih tepat sasaran, kontinyu dan konsisten, terutama dalam kaitannya dengan aspek-aspek kelembagaan dari masing-masing sektor ekonomi unggulan tersebut baik secara spesifik atau bersifat umum.
Kesepuluh, dengan waktu yang tersisa, sekiranya selama enam bulan kedepan berbagai masalah dan hambatan yang masih ada tersebut dapat dicarikan solusinya, maka periode tahap pemantapan selama periode 2005-2006 ini akan dapat dicapai. Beberapa kerangka pemikiran untuk merealisasikan hal tersebut, diantaranya adalah perlunya pemberdayaan setiap tenaga ahli yang sudah ada untuk diberi tanggung jawab secara spesifisik sesuai keahliannya masing-masing, dalam kaitannya dengan kelembagaan-kelembagaan yang terlibat (Lembaga Produksi, lembaga Penyanggah atau distribusi, Lembaga pasar dan Lembaga Pembiayaan). Kemudian perlunya memperbaiki atau mereaktualisasi komitmen-komitmen kesepakatan antar lembaga-lembaga lainnya yang terlibat dalam program. Perlunya dipercepat adanya aturan-aturan yang dimasukkan untuk memenuhi kebutuhan perlindungan terhadap komoditas-komoditas yang menjadi unggulan program, seperti Perda Garam Beryodium. Jika usulan-usulan perbaikan tersebut dapat diwujudkan selama enam bulan kedepan, maka upaya untuk merealisasikan target program Gerbang Emas pada periode selama tahun 2007 nanti sebagai masa Tahap Akselerasi, yaitu masa percepatan dan perluasan cakupan gerakan termasuk aspek komoditas, wilayah inkubator dan kluster, maka tampaknya akan tercapai.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dan pengamatan secara umum, dapat dikatakan bahwa Pemerintah Sulawesi Selatan telah berhasil melakukan suatu inovasi kebijaksanaan dalam melaksanakan organisasi pemerintahannya.

Hambatan Gerbang Emas
Gerakan Pembangunan Ekonomi Masyarakat, disingkat "Gerbang Emas" di Sulawesi Selatan telah masuk tahun ketiga. Tahun ini disebut tahun pemantapan, dari lima tahun rencana implementasinya. Sebelumnya, tahun 2004 adalah tahap konsolidasi. Sedang pada tahun 2007 adalah tahap akselerasi dan tahun 2008 adalah tahap pelembagaan. Pada tahap pertama program ini, peningkatan lima komoditi agribisnis, yaitu : jagung, garam, sutera, kelapa dan rumput laut. Sedang 6 komoditi lainnya akan difokuskan secara bertahap. Di antaranya : kakao, jeruk, beras, lebah madu, perikanan dan peternakan.
Salah satu tujuan yang dikembangkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam Gerbang Emas ini ialah mendorong perkembangan UMK (Usaha Mikro dan Kecil). Sedang tujuan jangka panjang adalah :Mendorong penguatan struktur perekonomian daerah, menciptakan iklim investasi yang kondusif, penciptaan lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan perkapita serta peningkatan PDRB.
Adapun Hambatan Gerbang Emas sebagai berikut :
1. Pada tahapan konsolidasi (sosialisasi) Gerbang Emas belum menyentuh lapisan bawah, khususnya petani dan pelaku agribisnis. Banyak Petani yang ditemui belum memahami adanya Gerbang Emas. Bahkan beberapa Ketua Kelompok Tani belum mendapat penjelasan tentang Gerbang Emas. Mereka baru tahu ketika ada rombongan wartawan datang dan menanyakan pelaksanaan Gerbang Emas ini. Maka dapat disimpulkan bahwa tahap konsolidasi atau sosialisasi Gerbang Emas belum berjalan atau bisa dikatakan kurang tepat sasaran.
2. Penentuan awal daerah inkubator dan klaster masih terkesan kurang koordinasi. Beberapa daerah yang dikunjungi masih mempersoalkan komoditas andalan daerah dalam bingkai wilayah inkubator atau klaster.
3. Masalah yang dihadapi petani dalam pengembangan komoditas andalan adalah permodalan, pemasaran, kualitas, pengolahan, sarana dan prasarana, tingkat keterampilan petani, hama dan penyakit.
Konsep awal Gerbang Emas, bahwa pembiayaan Gerbang Emas melalui pembiayaan dengan pendekatan tidak langsung. Pemda Provinsi menempatkan sejumlah dana dalam bentuk standing budget pada bank-bank yang bekerjasama. Pemda mendorong pemberdayaan UMK sesuai mekanisme pasar. Karena itu perlu peningkatan penyuluhan yang dapat merangsang para peserta UMK untuk memahami persyaratan lembaga keuangan. Namun yang seperti ini masih belum dapat dikatakan memadai. Padahal yang dikatakan subsidi dari pemda seharusnya tetap ada. Apakah dari sektor penyediaan bibit unggul, penyuluhan pertanian, ataukah kemudahan pembelian peralatan pertanian. Sangat terasa program Gerbang Emas, belum terfokus, ke sektor mana yang harus diberi penguatan tentang masalah yang dihadapi dalam pengembangan komoditas andalannya.
4. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten sebagai fasilitator belum maksimal meyakinkan dan mengajak lembaga keuangan, sehingga lembaga keuangan belum mampu memberikan jaminan kepada Kelompok Tani maupun Unit Koperasi di daerah inkubator dan klaster. Ataukah boleh dikata Pemda Sulsel masih sangat ragu memberikan jaminan Standing Budget untuk pelaksanaan Gerbang Emas ini sebagaimana konsep awal perogram. Menurut Pimpinan Bank Indonesia, pihak perbankan baru memberikan kredit kepada petani kakao. Petani lain belum. Mungkin kakao sudah jelas pasarnya, sedang komoditi lain masih diragukan pasarnya.
5. Masalah yang mendasar adalah peningkatan sumber daya manusia. Program pendidikan dan latihan belum terlaksana dan bahkan belum tersedia sarana dan prasarana diklat di daerah inkubator dan klaster. Bagaimanapun yang namanya agribisnis, setiap tahun akan selalu terjadi perubahan. Baik sektor perubahan struktur tanah, munculnya hama, perlunya bibit unggul, menyebabkan sektor SDM perlu terus ditingkatkan. Gerbang Emas belum terfokus ke arah itu.
6. Masyarakat masih sangsi terhadap program Gerbang Emas. Mereka telah mengalami kondisi program sebelumnya. Program Pewilayahan Komoditi, Program Petik Olah Jual, Program Grateks 2. Semua program itu mereka rasakan belum dapat mengangkat produksi dan pendapatan mereka. Pertanyaan mereka, apakah Gerbang Emas ini tidak sama dengan program sebelumnya, ataukah hanya sebagai program pelanjut kegagalan.
7. Alokasi anggaran yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam APBD untuk mensukseskan program Gerbang Emas belum jelas peruntukannya dalam mendorong keberhasilan sesuai pentahapan program ini. Bagaimana pun yang namanya gerakan, jelas harus disediakan anggaran. Baik Provinsi maupun Kabupaten. Namun anggaran itu bersifat untuk memotivasi, meransang para UMK agar bisa meningkatkan produksinya secara profesional dan berorientasi kepada pasar.
8. Masih kurang koordinasi antarlintas sektoral dan antardaerah inkubator dan klaster dalam pelaksanaan Gerbang Emas. Pada dasarnya konsep awal program ini sudah membahas kemungkinan terjadinya hal seperti itu. Maka perbedaan yang terjadi di lapangan, membuat para koordinator wilayah terhadap program ini kelihatannya belum bekerja secara maksimal.
9. Terbatasnya ketersediaan bibit bagi semua daerah inkubator dan klaster. Hasil kualitas produksi pertanian masih sangat tertinggal. Hal ini disebabkan karena kebanyakan petani saat ini hanya menggunakan bibit lokal yang berasal dari turunan panen terdahulu. Karena itu kualitasnya sangat rendah. Ini banyak terjadi pada rumput laut, kopi dan kakao.
10. Pabrikasi inkubator dan klaster khususnya lokasi pabrik masih diperdebatkan antardaerah inkubator dan klaster. Banyak daerah inkubator yang pada dasarnya tidak puas dengan penunjukannya sebagai inkubator. Karena bidang itu pada dasarnya baru pada tahap awal. Kita lihat saja inkubator sapi perah di Sinjai, yang baru memiliki 60 ekor sapi. Parepare sebagai inkubator penggemukan sapi, baru memiliki dua puluh kandang sapi di bawah kolong rumah. Sementara, di Pangkajene Kepulauan muncul keluhan karena para nelayan yang tersebar di banyak pulau-pulau merasa tidak tersentuh oleh proyek Gerbang Emas.
11. Petugas penyuluh teknis lapangan sangat terbatas. Penyuluh pertanian memang sangat dibutuhkan. Apalagi dalam program peningkatan produksi. Para penyuluh sebaiknya ditempatkan di daerah prioritas pengembangan. Di daerah inkubator dan klaster. Kebijaksanaan penempatan pegawai juga perlu diarahkan untuk penempatan di sektor lapangan. Dan tidak semata tenaga-tenaga teknis banyak beroperasi di belakang meja saja.
12. Kepastian hukum program Gerbang Emas bagi daerah dan investor melalui Perda belum jelas. Investor yang berniat untuk menanamkan modal di sektor industri agribisnis merasa belum aman terhadap peraturan yang ada. Umumnya pihak industri kesulitan terhadap penyediaan bahan baku pertanian dan kepastian harga yang selalu berubah. Pengalaman Pabrik Markisa di Malino, Pabrik benang Sutra di Enrekang, pengalaman Pabrik Jambu Mete di Makassar, yang macet perlu menjadi pembelajaran.
Kendatipun Gerbang Emas masih setumpuk masalahnya, bagaimana pun program Gerbang Emas perlu tetap dilanjutkan dengan meningkatkan kerja sama. Proyek yang mengarah ke peningkatan ekonomi masyarakat, juga diharapkan meningkatkan in come per kapita masyarakat Sulawesi Selatan. Kini in come perkapita Sulawesi Selatan sangat jauh di bawah rata-rata nasional. Hambatan-hambatan yang terjadi hendaknya segera dibenahi. Kalau tidak, maka kemungkinan hambatan semakin bertambah, dan proyek ini akhirnya hanya enak di dengar. Bisa saja seperti pengalaman masa lalu, program Gerbang Emas adalah suatu program yang hanya seumur jabatan Gubernur. Ganti Gubernur ganti lagi programnya. Kita sangat menyayangkan kalau pada akhirnya Program ini akan bermuara ke nuansa politik. Kita sangat berharap Gerbang Emas janganlah pada akhirnya ada pemikiran , "maju kena, mundur kena.". Tapi, semestinya, maju terus untuk kemajuan Sulawesi Selatan

0 komentar :

Posting Komentar